Jumat, 04 Oktober 2013

Makna Dua Rakaat Ringan



      Sebagaimana kita maklumi bahwasannya beberapa keistimewaan dua rakaat qobla shubuh atau disebut juga rak’atail fajri adalah :
1.       Rasululloh saw. Memberikan perhatian yang lebih terhadap pelaksanaan shalat ini
2.       Keutamaan pahala yang dijanjikan sangat besar, yaitu lebih baik daripada dunia dan segala isinya
3.       Dilaksanakan dengan ringan atau rak’ataini khofifatain

-          Makna Rak’ataeni Khafifatain
                  Mengenai poin ketiga, yaitu dua rakaat ringan atau rak’ataini khofifatain terdapat beberapa hadist sebagai berikut :

        Dari Ibnu Umar, ia mengatakan, “Aku menyertai Rosululloh saw. selama satu bulan, beliau membaca pada dua rakaat qobla shubuh dengan qulya ayyuhal kafirun dan qul huwallohu ahad.”   (H.R. Al-Khamsah kecuali An-Nasai)

        Hadist ini pun diriwayatkan oleh Muslim. Dan selain Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud pun menceritakan hadist iniyang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
        Hadist ini menunjukan ukuran sebentarnya salat qobla shubuh Rosululloh saw. Dan betapa sebentarnya berdiri beliau (Qiyam) waktu membaca Al-qur’an. Bahkan tentu saja kedua surat ini lebih mengakibatkan lagi karena cara membaca Rosululloh saw. Yang tentu membedakan tartil pada waktu beliau sholat wajib dengan solat dua rakaat abla shubuh ini. Hal ini dapat kita lihat dari ucapan Aisyah yang sangat mengenali karakter salat dua rakaat qabla shubuh yang dilaksanakn oleh Rosululloh saw.

        Dari Aisyah r.a, ia mengatakan,”Rosululloh saw. Meringankan (sebentar) dua rakaat qabla shubuh , sehingga aku berkata,’apakah beliau membaca al-fatihah?”

         Didalam hadist ini diungkapkan oleh Aisyah dengan ungkapan,: Apakah Rosululloh saw. Membaca Al-fatihah pada qiyamnya?”. Hal ini menunjukkan betapa sangat sebentarnya berdiri.

-          Berbaring Setelah Dua Rakaat Qabla Shubuh
        Didalam beberapa hadis diterangkan bahwa Rosululloh saw. Senantiasa berbaring terlebih dahulu setelah melaksanakan dua rakaat qabla shubuh. Dan beliau terus melakukan demikian sebelum dijemput atau dipanggil oleh bilal untuk mengimami salah shubuh dengan para sahabat beliau. Bahkan di dalam salah satu sabdanya beliau memerintahkan hal itu agar dilakukan umat beliau. Hal itu diterangkan sebagai berikut :

        Dari Abu Huraerah, ia mengatakan,”Rosululloh saw. Telah bersabda,’apabila kalian salat dua rakaat qabla shubuh, berbaringlah terlebih dahulu kesebelah kanannya.”

-          Hukum berbaring seteah salat qabla shubuh
                 Untuk mengetahui kedudukan hukum berbaring sebelum salat shubuh setelah salat qabla  subuh layak diperhatikan keterangan Imam Asy-Syaukai mengenai pendapat para sahabat dan tabiin, serta para imam lainnya tentang hal itu yang ringkasannya lebih kurang sebagai berikut :
        Hukumnya sunat. Hal ini dikatakan oleh Abu Musa AL-Asy’ari, rafi’ bin Khudaej, Anas bin Malik, dan Abu Huraerah. Sedangkan dari kalangan tabi’in adalah Sid bin Al-Nusayyab, Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, Urwah bin Zubaer, Abu Bakar bin Abdurrahman, Kharijah bin Zaed bin Tsabit dan lainnya.
1.       Hukumnya wajib. Hal ini menjadi pendapat Abu Muhammd bin Hazm
2.       Hukumnya bid’ah. Hal ini merupakan pendapat ibnu mas’ud
3.       Hukumnya makruh. Hal ini dikatakan oleh Al-Aswad bin Yazid dan Ibrahim An-Nakai’
4.       Hukumnya mubah. Pendapat ini dikatakan oleh Alhasan Al-bishri
5.       Hukumnya sunat bagi yang telah melakukan salat malam dan mubah bagi yang sebelumnya tidak melakukan sholat malam. Hal ini dikatakan oleh Ibnul’Arabi
6.       Hukumnya sunat tetapi bukan menjadi pekerjaan pokok. Hal itu hanya sebagai perantara atau pemisah antara solat sunat dengan solat wajib. Jadi dapat dilakukan dengan berbincang-bincang berpindah tempat atau pekerjaan yang lainnya. Yang penting dilakukan sesuatu hanya untuk memisahkan salat wajib dan salat sunat

-          Penilaian dan kesimpulan
      Pendapat pertama yang menyatakan wajib karena perintah Rosululloh SAW Dalam bentuk amr. Hal ini dapat dipatahkan dengan hadist riwayat Aisyah sebagai berikut :

      Dari Aisyah r.a, bahwasannya Nabi saw. Apabila telah salat (qabla subuh), jika saya telah terbangun, beliau akan berbincang-bincang, dan jika belum, beliau akan berbaring sehingga diberitahu waktu salat subuh (mengimami). (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

      Sedangkan pendapat lainnya, baik yang mengatakan makhruh, bid’ah, atau mubah, kami merasa tidak perlu membahasnya disini karena hujah-hujah nya yang kurang kuat. Demikian pula tentang pendapat yang mengatakan bahwa hal itu merupakan Khusussiyah Nabi saw. Dengan demikian hukum berbaring setelah mengerjakan salat sunat dua rakaat qabla subuh dalam menunggu datangnya salat wajib hukumnya sunat, baik bagi Nabi saw. Maupun bagi umat beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

diharapkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang halus ya ^_^